oleh

Cegah Boncos Pasca Lebaran, Kelola THR Berprinsip 50-30-20

-Berita, Ragam-36 Dilihat
banner 468x60

Foto :Muhammad Sri Wahyudi, Dosen dan Kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan UMM

DAU, Malangjos.com
Lebaran identik dengan bagi-bagi THR, dan sudah menjadi hal yang lumrah. Terlebih, di Indonesia sudah menjadi tradisi sejak tahun 1950-an. Pemberian THR bagi pekerja Muslim bukan hanya soal mendapatkan “uang tambahan” justru THR memegang peranan dalam perekonomian Indonesia.

banner 336x280

Mendorong daya beli yang signifikan, mempercepat perputaran uang, dan meningkatkan omset UMKM. Pemberian THR memicu lonjakan transaksi dan konsumsi. Peningkatan permintaan barang dan jasa, berisiko menyebabkan inflasi musiman. Menjadi berkah, dah tantangan pengelolaan keuangan

Muhammad Sri Wahyudi, SE, ME., Dosen dan Kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengatakan, THR bisa jadi angin segar. Dalam pengelolaannya harus cerdas, agar tidak menguras kantong pasca-Lebaran.

Salah satunya, menerapkan prinsip 50-30-20: 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi.Sehingga, bisa menikmati Lebaran tanpa khawatir kehabisan uang.

Selanjutnya, hindari belanja impulsif. Dengan memanfaatkan diskon yang ada, masyarakat bisa sedikit menghemat pengeluaran selama Lebaran dan sebisa mungkin hindari penggunaan kartu kredit secara berlebihan.

“Untuk mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan THR, diperlukan pendekatan yang melibatkan literasi keuangan, seperti kampanye edukasi tentang alokasi anggaran dengan prinsip 50-30-20 (50% kebutuhan, 30% keinginan, 20% tabungan/investasi), dan promosi kebiasaan menabung sejak dini,” tegasnya.

Lebih lanjut, selama Lebaran pengeluaran masyarakat mengalami lonjakan luar biasa. Mulai dari transportasi, akomodasi, hingga transaksi digital, semuanya mengalami peningkatan pesat. Ini merupakan bukti bahwa THR memang menjadi pemicu perputaran uang yang besar.

Selain itu, ada fenomena inflasi musiman yang harus diwaspadai. Masyarakat seringkali tergoda untuk membeli lebih banyak barang dan jasa dengan uang THR, sehingga harga-harga melonjak dan mempengaruhi daya beli.

Peningkatan konsumsi ini memberi dampak positif pada sektor UMKM dan transaksi lokal, tetapi perlu juga diingat bahwa inflasi musiman dapat menggerus nilai uang yang diterima dalam bentuk THR. Meskipun demikian, efek positifnya lebih dominan karena mendorong pertumbuhan ekonomi sementara, menciptakan lapangan kerja tambahan, serta memperkuat daya beli masyarakat dalam jangka pendek.

Menurut Yudi, melihat dari perspektif ekonomi, THR jelas menjadi stimulus yang mempercepat perputaran uang dan mendorong konsumsi, terutama pada sektor UMKM. Sayangnya, tidak semua perusahaan bisa dengan mudah membayar THR, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih fluktuatif.

Oleh karena itu, penting untuk memahami pentingnya literasi keuangan agar THR bisa dimanfaatkan dengan bijak. Tidak hanya untuk konsumsi sesaat, tetapi juga untuk kesejahteraan jangka panjang.

Dengan strategi pengelolaan yang tepat, THR bisa jadi kunci untuk meraih kebahagiaan finansial selama Lebaran, tanpa harus menyesal di kemudian hari.

“Hal yang tak kalah penting yaitu, untuk tidak abai menyisihkan dana darurat untuk pasca-Lebaran. Sebab, setelah euforia berbelanja, kebutuhan untuk stabilitas keuangan juga tak kalah penting,” tutupnya. (Er/Mj/Hms)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *