oleh

Guru Besar UB, Teliti Sengketa Hukum Laut Hingga Mangrov

banner 468x60

Foto : para Guru Besar UB, Teliti Sengketa Hukum laut dan mangrov

LOWOKWARU, MALANGJOS.com

banner 336x280

Profesor baru di Universitas Brawijaya (UB) Prof. Dhiana Puspitawati, SH, LL.M, Ph.D, meneliti tentang Solusi Inovatif dalam Menangani Sengketa Hukum Laut

Sengketa hukum laut (maritim) adalah konflik atau perselisihan antara negara atau entitas atas wilayah, sumber daya, atau hak di wilayah maritim seperti samudra, laut, atau wilayah pesisir.

Sengketa ini bisa melibatkan penafsiran atau penerapan ketentuan terkait batas laut teritorial, zona ekonomi eksklusif, atau landas kontinen.

Negara yang bersengketa cenderung memilih model non-adjudikatif yang implementasi keputusannya sangat bergantung pada itikad baik negara. Sedangkan model ajudikatif juga bukan preferensi. Sehingga dibutuhkan model penyelesaian sengketa baru.

Untuk penyelesaiannya, Dhiana menawarkan model koeksistensi hibrida atau Coexistent Hybrid (Coex-Hyb). Model ini mensinergikan model non-adjudikatif dan adjudikatif, tanpa adanya kewajiban untuk integrasi model dalam satu proses terpadu.

“Sehingga mampu menjembatani dikotomi yang muncul antara model non-adjudicative dan adjudikatif dalam konteks hukum laut. Dengan model ini tidak lagi ada konflik yurisdiksi dari lembaga penyelesaian sengketa,” terang Prof Dhiana, ditemui jelang pengukuhan sebagai guru besar di UB, Sabtu 24 Mei 2025.

Dengan model ini, kata dia, eksistensi kedaulatan negara juga lebih terwadahi. Selaras dengan prediksi perkembangan kedepan dengan penerapan prinsip exhaustion of local remedies.

Mengutamakan upaya hukum yang bisa dilakukan ditingkat nasional maupun regional sebelum mengajukan kepada lembaga Internasional. Hal ini untuk menghindari campur tangan prematur dari lembaga internasional.

Sementara itu, Prof. Dr.Ir. Hartati Kartikaningsih, M.Si menawarkan produk pangan ramah lingkungan melalui Nadesdamang.

Kata dia, tanaman mangrove selain mencegah abrasi, bermanfaat ke berbagai olahan pangan, baik tradisional dan modern.

Untuk itu, ia menawarkan mengembangkan ekstraksi hijau dengan NADES (Natural Deep Eutenic Solvents) untuk pendekatan ramah lingkungan. Dikombinasikan dengan daun mangrove untuk pengembanga produk pangan dan nutraseutikal.

Ekstraksi NADES pada daun mangrove Avicennia marina, menunjukkan efisiensi tinggi dalam mengekstrak senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik. Menyatu antara pelarut dan ekstrak, tidak meninggalkan resi pengekstrak.

“Keunggulan ini, membuka peluang besar dalam riset farmasi, pangan fungsional, dan kosme berbasis bahan alam. Ke depannya, ekstraksi bahan alam NADES berpotensi menjadi solusi dalam bioproses. Berkelanjutan dan pengembangan produk pangan alami yang lebih aman ditinjau dari secara ekologis dan ekonomis,” jelasnya.

Di bidang pangan, daun mangrove atau Avicennia marina digunakan sebagai seduhan teh herbal, tepung daun untuk kue tradisional, keripik dan hijauan pakan ternak. (Er/Mj)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *